How to design a product that can grow itself 10x in year:
Berkarya di tengah era serba digital membuat siapa saja bisa memproduksi konten tanpa dikotak-kotakkan berdasarkan gender. Media yang tersedia memang menyambut baik laki-laki maupun perempuan untuk bersuara, namun media juga berperan dalam meningkatkan objektifikasi, terutama terhadap perempuan.
Ketika media sosial yang digunakan oleh para perempuan menitikberatkan pada aspek visual, objektifikasi masih rentan terjadi. Objektifikasi terhadap perempuan berpotensi bergulir jadi kekerasan seksual virtual.
Catatan Tahunan 2021 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, mencatat ada 940 kasus kekerasan berbasis gender online. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial yang tersedia belum cukup jadi ruang berekspresi yang aman bagi kaum perempuan.
Karena maraknya asumsi virtual dan objektifikasi yang merugikan perempuan, banyak kreator perempuan yang urung membagikan karyanya didasari hilangnya rasa aman. Karena itu, format dari sebuah media untuk berkarya dapat menjadi penentu dan agen perubahan bagi ketimpangan perlakuan yang masih marak dialami kreator perempuan.
Menurut data yang dihimpun oleh We Are Social, Indonesia menduduki peringkat ketiga pendengar siniar (podcast) paling rutin di dunia setelah Brazil dan Meksiko, mencatatkan persentase sebesar 32 persen pengguna internet yang mendengarkan siniar dalam seminggu.
Data mengenai perbandingan jumlah podcaster perempuan dan laki-laki di Indonesia belum tersedia. Namun diakui oleh Niken Sasmaya, Chief Business Officer (CBO) dari platform khusus konten audio Noice, jumlah podcaster perempuan di Noice sendiri masih terus berkembang.
Dalam obrolan bersama Niken, ia mengungkapkan bahwa usai menerima pendanaan tahap awal (seed) Februari 2022 lalu, Noice kini memfokuskan strategi selanjutnya untuk memberdayakan lebih banyak kreator siniar perempuan dan mengupayakan keseimbangan dalam jumlah kreator yang saat ini masih didominasi pria.
Kesenjangan gender antarkreator
Niken mengakui kesenjangan gender di dunia siniar memang ada. “Di ranah media sosial lainnya, saya yakin hal yang sama juga terjadi.”
Saat ini, masih banyak stigma negatif di Indonesia ketika perempuan berani menyuarakan pendapatnya dan berkarya. “Tidak jarang saya menemukan kreator perempuan yang sangat berpotensi namun karena takut dengan komentar-komentar orang-orang terdekat atau komentar netizen jadinya tidak berani atau ragu-ragu untuk berkarya di ranah digital.”
Selama ini, kreator yang paling aktif merilis konten audio di Noice memang didominasi kaum pria. Meski demikian, terdapat beberapa kreator perempuan yang sudah mendapatkan pendengar setia, seperti Nessie Judge, kreator YouTube yang sukses merambah dunia siniar lewat konten bertema horornya bersama Upi yang berjudul A Night Ride.
Dalam kategori konten siniar non-talkshow, Niken menyebut Musikalisasi Rhia dengan format curhat atau monolog mengenai percintaan dan kehidupan sebagai salah satu yang juga diminati terutama oleh kalangan Gen Z.
Adanya beberapa tokoh perempuan yang berhasil menelurkan karya siniar merupakan bukti bahwa perempuan masa kini sudah memiliki suara dan karya yang bisa menjangkau pendengar yang tepat. “Yang dibutuhkan bagi mereka yang ingin mencoba tapi tidak kunjung berkarya adalah memulai,” kata Niken. “Mulailah, dan terus lakukan perbaikan, terutama dalam hal produksi siniar.”